
Pati, JejakNusantara.net | pemuda yang berasal dari Desa Bumimulyo, Batangan, Pati yang kini dikenal sebagai salah satu pengusaha muda sukses di bidang perikanan.
Namun, perjalanan hidupnya menuju kesuksesan tidaklah mudah. Sebelum menjadi pengusaha, Mukit pernah menjalani berbagai pekerjaan, mulai dari supir angkot hingga kuli.Saat ditemui di kantornya di area TPI Juwana, Mukit tampak santai di sofa merah sambil memeriksa ponselnya.
“Bentar, Mas. Tak sambi ya. Duduk dulu,” katanya sebelum melanjutkan pekerjaan.Di balik kesibukannya, Mukit menjalankan bisnis yang meliputi pengangkutan ikan layar, yang bahkan menjangkau pasar di luar Jawa.
Selain fokus pada bisnis, Mukit juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap masyarakat.Beberapa waktu lalu, ia terlibat dalam distribusi bantuan air bersih untuk warga Desa Kedalon.
Terbaru, ia terpilih menjadi anggota dewan di Pati, dan menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan hak-hak para nelayan dan petani di daerahnya.
“Saya tidak berjanji, tapi akan saya buktikan. Tujuan saya hanya satu: memperjuangkan hak para nelayan dan petani,” ujarnya tegas.
Mukit mengakui bahwa perjalanan hidupnya penuh tantangan. Ia pernah merantau ke Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, di mana ia menjalani kehidupan yang keras.
Di Surabaya, ia berprofesi sebagai sopir angkot selama tiga tahun, dengan pendapatan yang minim.
“Pendapatan sopir angkot memang tidak besar, tapi cukup untuk bertahan hidup dan sedikit bisa mengirim uang ke orang tua,” kenangnya.
Dari keluarga yang kurang mampu, ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, orang tuanya selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kerja keras.
“Kami memang hidup serba kekurangan, tapi orang tua selalu menanamkan kejujuran sebagai modal utama untuk mencapai kesuksesan,” tambahnya.
Mukit menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 01 Bumi Mulyo Batangan, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Juwana dan SMK Negeri 1 Rembang.
Setelah lulus, ia sempat merantau ke Jakarta, namun hanya mampu bertahan dua bulan tanpa pekerjaan yang memadai.”Selama dua bulan di Jakarta, kadang untuk makan kami harus meminta-minta,” ungkapnya
Patah semangat, Mukit kemudian beralih ke Yogyakarta dan bekerja sebagai kuli panggul garam.Meski pendapatan sebagai kuli panggul sangat kecil, ia tetap bersyukur bisa bertahan hidup dan mengirim uang untuk orang tuanya.
Karier bisnisnya mulai bergeliat saat ia terjun ke dunia perikanan pada 2014.Dengan modal satu mobil pick-up, ia awalnya bekerja sebagai sopir pengangkut di sebuah perusahaan perikanan di Juwana.Usahanya membuahkan hasil, ia mendapatkan kepercayaan dari perusahaan cold storage untuk menjadi mitra bisnis.
“Modal satu mobil itu ternyata membuahkan hasil. Saya dipercaya hingga mendapatkan peluang bisnis,” ungkap Mukit.
Kini, selain menjalankan PT Sea Lion Group sebagai Direktur, Mukit juga aktif dalam organisasi sebagai Ketua Barisan Muda Nelayan (BMN) Juwana.
Dengan semua pencapaiannya, Mukit adalah contoh inspiratif bagi banyak pemuda yang berjuang meraih mimpi meskipun datang dari latar belakang yang sederhana. (Red)